Analisis Tingkat Kekritisan Lahan di DAS Tabunio Kabupaten Tanah Laut

Auliana Auliana, Ichsan Ridwan, Nurlina Nurlina

Abstract


Lahan termasuk sumber daya yang penting untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga dalam pengelolaannya harus digunakan secara baik sesuai kemampuannya agar tidak menurunkan produktivitas lahan. Penggunaan lahan sering tidak memperhatikan kelestariannya terutama pada lahan-lahan yang mempunyai keterbatasan, baik keterbatasan fisika, maupun kimia dengan adanya kondisi ini apabila berlangsung terus menerus dikhawatirkan akan terjadi lahan kritis yang mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dan produktivitas tanah. Lahan kritis didefinisikan sebagai lahan yang mengalami proses kerusakan fisik, kimia, dan biologi karena tidak sesuai pengguna dan kemampuannya, yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian, permukiman dan kehidupan sosial ekonomi dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat kekritisan lahan di DAS Tabunio dan menentukan daerah lahan kritis di DAS Tabunio. Metode yang digunakan dalam analisis spasial lahan kritis adalah metode skoring. Analisis spasial lahan kritis dilakukan dengan menumpangsusunkan (Overlay) beberapa parameter penentu lahan kritis seperti Peta Kemiringan Lereng, Peta Penutupan Tajuk, Peta Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dan Peta Manajemen Lahan untuk memperoleh total skor dari masing-masing unit lahan dan hasil berupa peta lahan kritis dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil analisis menunjukkan DAS Tabunio memiliki lima kategori tingkat kekritisan lahan yaitu lahan yang termasuk kriteria Sangat Kritis seluas 71,68 ha atau 0,11%, Kritis seluas 1.320,60 ha atau 2,11 %, Agak Kritis seluas 8.090,73 atau 12,93 %, Potensial Kritis seluas 30.657,21 ha atau 49,01 % dan Tidak Kritis seluas 22.418,34 ha atau 35,84 % sedangkan Luas lahan kritis di DAS Tabunio yaitu seluas 1.392,26 ha atau 2,22 % dimana hasil tersebut penjumlahan dari tiga kawasan yaitu kawasan hutan lindung seluas 836,08 ha, kawasan budidaya pertanian seluas 355,33 ha dan kawasan hutan lindung di luar kawasan hutan seluas 200,85 ha.

 


Keywords


GIS, lahan kritis, overlay, skoring, tingkat kekritisan lahan

Full Text:

PDF

References


Puslittanak, Panduan Pemetaan Lahan Kritis. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. 1997.

Asdak, S., Hidrologi dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai, cetakan ketiga, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 2004.

Poerwowidodo, Gatra Tanah dalam Pembangunan Hutan tanaman di Indonesia. Rajawali Press. Bogor. 1990.

Prawira, A.Y., Wikantika, K. and Hadi, F., Analisis Lahan Kritis di Kota Bandung Utara Menggunakan Open Source GRASS. Prosiding PIT MAPIN XIV. Bogor. 2005.

Herdiana, D., Identifikasi Lahan Kritis dalam Kaitannya dengan Penataan Ruang dan Kegiatan Rehabilitasi Lahan di Kabupaten Sumedang. Tesis.Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2008.

Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dan Perhutanan Sosial, Petunjuk Teknis Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis. Kemenhut, Jakarta. 2013.

Arronof, Geographic Information System : A Management Perspective WDL. Publication Otawa. Canada. 1989.

Prahasta, E., Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika. Bandung. 2001.




DOI: https://doi.org/10.26418/positron.v7i2.18671

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


PUBLISHER
Physics Department
Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Universitas Tanjungpura

 IN COOPERATION WITH
Physical Society of Indonesia

   

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.