REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MASYARAKAT DAYAK KANAYATN
Abstract
Judul penelitian adalah Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam Masyarakat Dayak Kanayatn di Desa Saham, Kec. Sengah Temila, Kab. Landak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah realisasi kesantunan berbahasa dalam MDK di Desa Saham, Kec. Sengah Temila, Kab. Landak. Bentuk penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik langsung yaitu dengan teknik observasi, teknik catat dan teknik rekam. Data dalam penelitian ini yaitu kalimat yang mengandung Realisasi Kesantunan Berbahasa yang digunakan oleh masyarakat di desa Saham, dan cerita rakyat yang ada di desa Saham. Sumber data yaitu segala bentuk tuturan masyarakat yang ada di desa Saham. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang ada di desa Saham, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak masih banyak menggunakan bahasa yang tidak sepantasnya diucapakan , seperti kata binatang, bodoh, sial setan, dan gila. Masyarakat di desa Saham juga melanggar prinsip kesantunan berbahasa Leech dan prinsip kerjasama Grace yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim pemufaktan, dan maksim kesimpatisan. Adapun saran penelitian ini adalah agar masyarakat santun dalam bertutur, jangan menggunakan bahasa yang kasar karena dapat meyakiti hati mitra tutur.
Kata kunci : Realisasi, Kesantunan, Berbahasa
Abstract: The title of this study is The Make Use of Language Politennes by Dayak Kanayatn People. This research was intended to find out the realization of the make use of language politeness in Saham village, Sub district of Sengah Temila, Landak Regency. The research was conducted by using qualitative method and well explained descriptively. The data were collected exclusively from observation, audiovisual recorded and written report. The data was focused to the make use of language politeness provided by all societies of Saham village both in daily activities and folklore. Based on the research investigation, the researcher found that there would be a conclusion that states too many inappropriate expressions used by the villagers over Saham societies such as beast, fool, nuts, idiot, and imp. Another finding showed us that the villagers broke the principal politeness of language Leech and Grace such as prudence maxim, generosity maxim, achievement maxim, simplicity maxim, conciliation maxim, and sympathy maxim. Therefore, the conclusions said that they should be a change in a way of villager to make a good and polite accepted language and avoid any other impoliteness expression of language.
Key words: realization, politeness, language
Full Text:
PDF ()DOI: http://dx.doi.org/10.26418/jppk.v2i3.1384
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK) published by
Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Tanjungpura
CP: (62)83125507573
ISSN: 2715-2723 (online)
This is a website that publishes open access articles distributed under the Creative Commons License. Licensed under the terms of the Creative Commons Attribution 4.0 International License .
View JPPK Stats