Karakteristik Fisikokimia-Sensoris Fruit Leather pada Berbagai Formulasi Terong Asam (Solanum Ferox Linn)-Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk) dan Subtitusi Sukrosa dengan Sorbitol

Mia Sari, Yohana Sutiknyawati Kusuma Dewi, Lucky Hartanti, Thomas Candra Wasis Agung

Abstract


Buah-buahan sangat digemari dan memiliki segudang vitamin, namun tidak sedikit buah yang memiliki umur simpan yang singkat atau udah rusak, salah satu upaya mempertahankan kualitas buah dapat dilakukan dengan pengolahan menjadi produk fruit leather Penelitian ini bertujuan mendapatkan formulasi terong asam-nangka yang menghasilkan karakteristik fisikokimia dan sensoris terbaik dan untuk mendapatkan subtitusi sukrosa dengan sorbitol yang menghasilkan karakteristik sensoris fruit leather nangka yang disukai. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 1 (satu) faktor terdiri dari 2 tahap, tahap 1 yaitu formulasi terong asam-nangka (F) (100:0, 75:25, 50:50, 25:75, 0:100; 4 kali ulangan). Formulasi terpilih tahap 1 dilanjutkan ke tahap 2 yaitu subtitusi sukrosa dengan sorbitol (S) (30:0, 27,5:2,5, 25:5, 22,5:7,5). Data dianalisis dengan anova pada taraf 5%. Jika formulasi berpengaruh nyata dilanjutkan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%. Penentuan formulasi terbaik dengan uji indeks efektifitas. Formulasi terpilih tahap 1 yaitu (0g terong asam:100g nangka). Hasil sensoris tahap 2 fruit leather terhadap rasa, aroma warna dan tekstur yang paling disukai yaitu pada formulasi (27,5g sukrosa:2,5g sorbitol). Karakteristik fisikokimia fruit leather kadar air 12,57%, kadar abu 2,56%, total asam tertitrasi 14,40% dan kadar sukrosa 51,66%, dengan hasil sensoris rasa 4,13 (suka-sangat suka), aroma 3,87 (suka), warna 4,17 (suka-sangat suka) dan tekstur 4,10 (suka-sangat suka). Karakteristik sensoris subtitusi sukrosa dengan sorbitol yang paling disukai menghasilkan nilai sensoris rasa 4,10 (suka-sangat suka), aroma 4,00 (suka), warna 4,00 (suka) dan terkstur 4,13 (suka-sangat suka).

Keywords


fruit leather, nangka, terong asam, Sorbitol

Full Text:

PDF

References


Astawan. (2009). Terong antikanker sebagai obat kuat. Jawa Tengah: Dinas Pertanian.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2008). Persyaratan penggunaan bahan tambahan pemanis buatan dalam produk pangan. Jakarta: Pusat Pengkajian Obat, Pangan, dan Makanan Republik Indonesia.

Badan Standarisasi Nasional. (2000). Makanan ringan ekstrudat. Jakarta: BSN.

Herbach, K. M., Stinizing, F. C., dan Carle, R. (2006). Betalain stability and degradation structural and chromatic aspects. Journal Science of Food, 71(4), 41-50.

Rini, S. dan Kumala, F. (2016). Panduan asuhan nifas dan evidence based practice. Yogyakarta: Deepublish.

Soesilo, D., Santoso, R. E., dan Diyatri, I. (2005). Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan ph saliva pada proses pencegahan karies. Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi), 38(1), 25-28.

Sudarmadji, S. B., Haryono, dan Suhardi. (1997). Prosedur analisa bahan makanan dan pertanian. Yogyakarta: Liberty.

Suryani, E. (1996). Mempelajari pembuatan perisa dari ekstrak flavor alami nangka (artocarpus heterophyllus). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.




DOI: https://doi.org/10.26418/jft.v4i1.56635

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Editorial Adress:

Department of Food Science and Technology, Faculty of Agriculture, Universitas Tanjungpura

Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat (78124)

Telp/Fax: (0561) 740191

Email: foodtech@untan.ac.id

Website: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jft

 

 Lisensi Creative Commons

This work is licensed under a Creative Commons Atribution-NonCommercial 4.0 International License.