ANALISIS MINIMALISASI BIAYA PENGGUNAAN INTRAVENA SEFTRIAKSON DAN SEFOTAKSIM PADA PASIEN PNEUMONIA GERIATRI RAWAT INAP DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE
Abstract
Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang menjadi penyebab kematian tertinggi pada
lanjut usia. Pengobatan pneumonia dilakukan secara empiris, seftriakson dan sefotaksim
menjadi pilihan didalam terapi pneumonia pada pasien geriatri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui biaya terendah dari penggunaan antibiotik seftriakson dan sefotaksim dalam
pengobatan pneumonia geriatri di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak dan
mengetahui faktor yang menyebabkan adanya perbedaan biaya dari kedua antibiotik tersebut.
Penelitan ini merupakan penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif dengan metode
penelitian observasional, rancangan penelitian yaitu cross sectional study sedangkan
pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
antibiotik yang memiliki biaya terendah ialah seftriakson sebesar Rp 103.725/pasien,
sedangkan pada sefotaksim sebesar Rp 148.125/pasien. Regimen dosis dalam pengobatan
menjadi faktor utama penyebab perbedaan biaya pengobatan antara seftriakson dan
sefotaksim, dimana penggunaan seftriakson dengan frekuensi 2 kali sehari akan lebih murah
dibandingkan sefotaksim dengan frekuensi 3 kali sehari. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah minimalisasi biaya seftriakson lebih rendah dibandingkan sefotaksim.
Kata Kunci : Antibiotik, Pneumonia, Minimalisasi biaya.
lanjut usia. Pengobatan pneumonia dilakukan secara empiris, seftriakson dan sefotaksim
menjadi pilihan didalam terapi pneumonia pada pasien geriatri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui biaya terendah dari penggunaan antibiotik seftriakson dan sefotaksim dalam
pengobatan pneumonia geriatri di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak dan
mengetahui faktor yang menyebabkan adanya perbedaan biaya dari kedua antibiotik tersebut.
Penelitan ini merupakan penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif dengan metode
penelitian observasional, rancangan penelitian yaitu cross sectional study sedangkan
pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
antibiotik yang memiliki biaya terendah ialah seftriakson sebesar Rp 103.725/pasien,
sedangkan pada sefotaksim sebesar Rp 148.125/pasien. Regimen dosis dalam pengobatan
menjadi faktor utama penyebab perbedaan biaya pengobatan antara seftriakson dan
sefotaksim, dimana penggunaan seftriakson dengan frekuensi 2 kali sehari akan lebih murah
dibandingkan sefotaksim dengan frekuensi 3 kali sehari. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah minimalisasi biaya seftriakson lebih rendah dibandingkan sefotaksim.
Kata Kunci : Antibiotik, Pneumonia, Minimalisasi biaya.
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.