HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA WANITA PEKERJA SEKS DI KOTA PONTIANAK
Abstract
Latar Belakang: Infeksi menular seksual (IMS) merupakan penyakit infeksi
yang mudah ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman dengan
pasangan yang terinfeksi ataupun mereka yang kerap berganti-ganti pasangan
seksual. Peningkatan kasus IMS yang terjadi pada kelompok resiko tinggi, seperti
pada wanita pekerja seks (WPS) terjadi sedemikian cepat. Adanya informasi
mengenai yang dapat meningkatkan pengetahuan WPS tentang IMS sehingga dapat
mencegah mereka tertular IMS.Tujuan. mengetahui hubungan antara tingkat
pengetahuan WPS tentang IMS dengan kejadian IMS pada WPS di kota Pontianak.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross-sectional. Data diambil secara consecutive sampling. Data
didapatkan dari 84 WPS yang diukur tingkat pengetahuannya mengenai IMS dengan
menggunakan kuesioner dan untuk mendiagnosis IMS diperlukan pemeriksaan fisik
dan laboratorium. Data dianalisis secara univariat dan bivariat (menggunakan Uji Chi
Square). Hasil penelitian. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat
pengetahuan tentang IMS dengan kejadian IMS (p=0,000). Hasil dari studi ini
menunjukkan 48,8 % responden memiliki tingkat pengetahuan tentang IMS dalam
kategori baik. 56% responden terdiagnosis negatif IMS berdasarkan pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Kesimpulan. Kejadian IMS pada WPS di Kota Pontianak
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan WPS tentang IMS,
yang mudah ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman dengan
pasangan yang terinfeksi ataupun mereka yang kerap berganti-ganti pasangan
seksual. Peningkatan kasus IMS yang terjadi pada kelompok resiko tinggi, seperti
pada wanita pekerja seks (WPS) terjadi sedemikian cepat. Adanya informasi
mengenai yang dapat meningkatkan pengetahuan WPS tentang IMS sehingga dapat
mencegah mereka tertular IMS.Tujuan. mengetahui hubungan antara tingkat
pengetahuan WPS tentang IMS dengan kejadian IMS pada WPS di kota Pontianak.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross-sectional. Data diambil secara consecutive sampling. Data
didapatkan dari 84 WPS yang diukur tingkat pengetahuannya mengenai IMS dengan
menggunakan kuesioner dan untuk mendiagnosis IMS diperlukan pemeriksaan fisik
dan laboratorium. Data dianalisis secara univariat dan bivariat (menggunakan Uji Chi
Square). Hasil penelitian. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat
pengetahuan tentang IMS dengan kejadian IMS (p=0,000). Hasil dari studi ini
menunjukkan 48,8 % responden memiliki tingkat pengetahuan tentang IMS dalam
kategori baik. 56% responden terdiagnosis negatif IMS berdasarkan pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Kesimpulan. Kejadian IMS pada WPS di Kota Pontianak
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan WPS tentang IMS,
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.